Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan.
Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
Salah satu masalah krusial yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah energi. Pasokan
energi dalam negeri mengalami kendala akibat trend produksi yang cenderung lebih rendah dibanding tingkat konsumsinya.Total produksi minyak mentah dalam negeri saat ini sekitar satu juta barel per hari dengan tingkat konsumsi sekitar 1,2 juta barel per hari. [Jusuf Kalla, 7 Mei 2008]
Kebutuhan energi masyarakat dan industri setiap tahun meningkat. Kondisi ini harus diakomodasi oleh pemerintah melalui penyediaan energi dalam jumlah yang mencukupi dan harganya harus terjangkau oleh masyarakat.
Mengingat cadangan minyak bumi Indonesia yang makin menipis, impor minyak bumi yang semakin tinggi dan kenaikan harga minyak bumi dunia yang dapat dipastikan akan diikuti oleh kenaikan harga BBM sehingga berdampak pada kenaikan harga kebutuhan pokok di masyarakat maka diperlukan pengembangan energi alternatif terbarukan. Hal ini mengingat ketersediaan sumber tanaman penghasil minyak nabati yang cukup tinggi di Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2008 mengalokasikan dana untuk subsidi sebesar Rp234,41 triliun yang terdiri dari subsidi BBM senilai Rp126,82 triliun, subsidi listrik Rp60,29 triliun, subsidi pangan Rp8,59 triliun, subsidi pupuk Rp7,81 triliun, subsidi benih Rp1,02 triliun, Public Service Obligation (PSO) Rp1,73 triliun, subsidi bunga kredit program Rp2,15 triliun, subsidi minyak goreng melalui operasi pasar Rp500 miliar, subsidi kedelai Rp500 miliar, dan subsidi pajak Rp25,00 triliun. [www.antara.co.id, 23 April 2008 ]
Subsidi BBM senilai Rp126,82 triliun didasarkan pada parameter pehitungan volume premium 16,98 juta kl, minyak tanah 7,56 juta kl, minyak disel/solar 11 juta kl, volume minyak tanah dikonversi ke elpiji sebesar 2,01 juta kl, dan alpha sebesar 9 persen
Ide menggunakan minyak nabati secara langsung untuk mesin diesel sudah dilakukan orang lebih dari 100 tahun lalu. Rudolf Diesel yang merekayasa atau mencipta mesin diesel sudah melakukan demonstrasi mesin diesel yang memakai minyak kacang tanah sebagai bahan bakarnya.
Tetapi ada sejumlah hambatan yang dialami mesin diesel konvensional jika memakai bahan bakar minyak nabati secara langsung. Penyebab hal ini adalah bahwa derajat kekentalan (viskositas) minyak nabati adalah sepuluh sampai dua puluh kali viskositas solar (petrodiesel). Sifat fisik ini merupakan penyebab buruknya atomisasi dan mengakibatkan pembakaran tidak sempurna yang telah dites sejak tahun 1920 oleh ilmuan Madhot (1921)
Flash point (titik nyala) dari minyak nabati terlalu tinggi kurang lebih 240 oC dan kecenderungan terjadinya polimerisasi karena oksidasi dan pemanasan akan mengakibatkan pembentukan deposit (kerak) pada nozel injektor, pelarutan dan degradasi minyak pelumas mesin, dan ring sticking piston.
Oleh karena itu, operasi jangka/waktu panjang mesin diesel dengan bahan bakar 100% minyak nabati maupun campurannya dengan bahan bakar fosil akan mengakibatkan kerusakan (umur pendek) mesin diesel (Srivastava &Prassad, 2000). Oleh karena itu tidak direkomendasikan membakar minyak nabati (trigliserida) secara langsung pada mesin/motor diesel konvensional tanpa modifikasi.
Masalah-masalah ini dapat diselesaikan dengan menyesuaikan mesin pada spesifikasi bahan bakarnya maupun mendekatkan bahan bakarnya pada spesifikasi mesinnya. Tetapi pembuatan atau pengembangan mesin minyak nabati tidak banyak dilakukan pada saat ini. Strategi diarahkan untuk memodifikasi minyak nabati dengan berbagai teknologi untuk menghasilkan bahan bakar dengan sifat-sifat yang mendekati bahan bakar solar (konvensional). Pada saat ini yang memberikan konversi ataupun hasil paling tinggi adalah transesterifikasi minyak nabati ataupun esterifikasi asam lemaknya dengan produk yang dinamakan biodiesel.[http://che.itb.ac.id/biodiesel/]
Sejarah dan Latar belakang perlunya Biodiesel
Posted by Mfatoni De CoSe | 11:34 AM | Biofuel | 1 comments »
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
makasih atas post-an nya